Menjelang peringatan Hari Lahir Pancasila, Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) Daerah Khusus Jakarta menggelar diskusi publik bertajuk “Evaluasi Perjalanan Bangsa Indonesia 27 Tahun Reformasi: Meneguhkan Pancasila di Tengah Dinamika Zaman”, Kamis, 30 Mei 2025, di Kedai Tempo, Jakarta Timur.

Kegiatan ini menjadi ruang refleksi atas perjalanan 27 tahun Reformasi sekaligus ajakan untuk memperkuat nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi tantangan zaman. Diskusi menghadirkan narasumber dari kalangan akademisi, mahasiswa, dan aktivis.

Hadir dalam kegiatan tersebut antara lain Syamsul Ma’arif, Sekretaris Jenderal LMND; Fauzi Dwi Rahmatullah, Presiden Mahasiswa Universitas Budi Luhur; Tuti Widyaningsrum, akademisi Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta; serta A. J. Susmana, perwakilan Aktivis 98.

Baca Juga: Sepatu Lepas Tak Hentikan Langkah Faril di Gladi Upacara Hari Lahir Pancasila

Syamsul Ma’arif menegaskan pentingnya pendidikan sebagai fondasi untuk membangun pemerintahan yang bersih dan demokratis.

“Untuk menuju pemerintahan yang bersih dan demokratis, salah satu caranya dengan mengedepankan pendidikan yang menjadi tombak perkembangan sebuah bangsa,” ujarnya.

Ketua panitia sekaligus Ketua Eksekutif Wilayah LMND DKJ Jakarta, Betran Sulani, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan membangkitkan kembali semangat Reformasi di kalangan generasi muda.

“Mahasiswa saat ini memiliki tugas untuk menjaga persatuan dan kesatuan serta mendukung program pemerintah yang pro terhadap kepentingan masyarakat,” tegas Betran.

Ia menilai sejumlah program pemerintah saat ini cukup progresif dan perlu mendapat dukungan bersama. Di antaranya:
– Sekolah Rakyat yang diinisiasi Kementerian Sosial
– Hilirisasi dan industrialisasi nasional
– Upaya mewujudkan kemandirian negara
– Pemberantasan korupsi secara tegas

“Bahwa di masa pemerintahan hari ini, beberapa poinnya yang kita nilai cukup progresif,” lanjut Betran.

Dalam sesi pemaparan, Tuti Widyaningsrum mengingatkan pentingnya menjaga semangat Reformasi agar tetap relevan. Ia mengutip Bung Karno, “Warisin apinya, jangan debunya.”

Menurutnya, semangat Reformasi tidak boleh dianggap sebagai warisan usang, melainkan harus terus menyala sebagai panduan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

“Pancasila jangan hanya jadi simbol, tapi harus dijadikan dasar nyata dalam praktik sosial dan politik,” tegas Tuti.

Diskusi ditutup dengan sesi tanya jawab yang interaktif dan antusias dari peserta, serta foto bersama sebagai penanda kebersamaan dan komitmen terhadap nilai-nilai kebangsaan